Trainer Google Indonesia (Hotli Simajuntak) |
Senin (10/12/2018) Google news initiative bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe menyelenggarakan acara hoax busting and digital hygiene bagi masyarakat umum.
Saya beruntung bisa ambil bagian dalam acara ini dan patut berterimkasih kepada kanda Ayi Jufridar karena telah berbaik hati mengundang kami dari Forum Aceh menulis untuk bisa mengikuti acara ini.
Acara ini di isi langsung oleh tim Google Indonesia bung Hotli Simajuntak didamping rekan dari AJI Indonesia bung Geril Dwira dan bung Hendra Makmur, mereka memaparkan tips-tips bagaimana memferivikasi setiap berita di media online agar tidak mudah termakan hoax dan fitnah.
Hoax di Indonesia berkembang begitu pesat dari tahun ketahun. Yang jadi korban bukan hanya rakyat biasa bahkan sekaliber menteri dan politisi juga sering termakan hoax. Kita tentu ingat beberapa waktu lalu bagaimana kasus Rekayasa Ratna Sarumpaet.begitu banyak orang yang jadi korban.
Ada beberapa cara yang diajarkan oleh trainer agar kita tidak mudah termakan hoax antara lain ketika kita melihat gambar disertai caption tentang sebuah peristiwa jangan langsung percaya.salah satu cara memverifikasinya cukup dengan klik firstdraftnew.org disini kita bisa mengecek kebenaran gambar tersebut dengan menelususri inti gamabar melalui searh engine.
Cara lain yang diajarkan disini adalah dengan melihat keamanan password kita. Untuk mengetahui kita bisa klik howsecureismypassword.net disitus ini kita bisa menguji sejauh mana password kita bisa diretas orang.
Kemudian cara mendeteksi seberapa aman email kita. Tersedia juga link untuk melihatnya melalui haveibeenpwned.com disini terdeteksi kalau kita punya dosa masalalu ( maksudnya pernah mengakses situs-situs terlarang).
Dan masih banyak sekali ilmu yang diajarkan oleh trainer tersebut yang initinya gak ada satupun tool yang mujarab. Jadi sosial media benar-benar tidak aman, tak ada yang benar-benar aman orang bisa saja menyalahgunakan data kita. Maka hati-hatilah berselancar di dunia maya.
bersama Bung Geril |
Foto Bersama Penulis Ayi Jufridar |
Jangan menunggu ide untuk menulis, menulislah maka akan
menemukan ide. (Ayi juf)
Kata-kata itu begitu membekas dihati saya dan seluruh
perserta Forum Aceh Menulis (FAMe) hari ini. Ya memang begitulah, tidak ada
teori karena dengan actionlah kita akan menemukan jalannya.
Tepat 8 Desember 2018 hari ini pertemuan ke-34 FAMe.
Beruntung sekali hari ini pematerinya adalah penulis hebat Aceh yaitu Ayi
Jufridar, siapa yg tak kenal beliau? Saya rasa semua pegiat dunia literasi
pasti mengenalnya. Begitu banyak karya-karyanya telah terbit di berbagai surat
kabar ditambah lagi novel "Putroe Neng" dan " jejak gerilya
Sudirman" dua mahakarya yang telah menggugah banyak pembaca.
Sesi Belajar Menulis |
Yang lebih mengejutkan lagi banyak karya yang beliau tulis
ternyata hanya dalam sekali duduk. Trik dan tips inilah yang beliau bagikan ke
peserta FAMe hari.
Memang menulis dalam sekali duduk tidak mudah, apalagi
menulis cerpen bagi pemula. Namun, pesan beliau tetaplah menulis dan berusaha
menyelesaikan dengan baik. Persoalan kesalahan dan lainnya bisa diselesaikan
setelah merampungkan tulisan nantinya.
Penulisan dalam sekali duduk bukan berarti tulisan yang buru
buru ya. Karena beda antar buru-buru dengat cepat. Cepat itu terkontrol
sedangkan terburu-buru tak terkontrol.
Bahkan ayi jufridar bisa merampungkan puisinya saat
perjalanan dalam pesawat dari Medan menuju Jogja. Ini sungguh menakjubkan.
Karena ada ketika menulis ada kenyamanan didalamnya.
Untuk menuju ke proses tersebut memang kita perlu istiqamah
dalam menulis. Dan bukan mustahil bisa dengan mudah melakukannya. Menulis itu
yang penting action dan meluangkan waktu untuk menulis kapanpun dimanapun.
Karena ide dimanapun bisa kita dapatkan Apalagi kita yang tinggal di Aceh.
" Aceh adalah museum ide" kata Ayi Jufridar
Ya, di Aceh bigitu banyak yang bisa kita tulis. Tinggal
kemauan kita sekarang, mau atau tidak.
Ayo budayakan menulis, membumikan Literasi di serambi mekah.
By: Muhammad Irwan
"Kau
bisa hitamkan putihku Kau takkan gelapkan apapun
Kau
bisa runtuhkan jalanku Kan ku temukan jalan yang lain". (Tulus)
Beberapa hal di dunia ini
berhak mendapatkan kesempatan kedua termasuk mendaki gunung.
syukur pada tuhan mendaki
kali ini bukan lagi kali kedua bagi saya.tuhan telah memberi kesempatan bertubi-tubi
untuk bisa menikmati keindahan gunung dan menghirup udara bebas nan segar.
setelah makan siang dengan
Nugget di Shelter pintu Angin. kami segera bergegas menggerakkan langkah menuju
shelter selanjutnya yakni Batu gajah. menapaki setapak demi setapak hutan
belantara Seulawah Agam. kadang juga sering melewati pohon besar yang
tumbang di jalur pendakian.
hari semakin gelap, shelter
batu gajah belum juga kami jumpai. banyak pendaki yang bertanya-tanya
"kapan sih sampai ke batu gajah?" sudah sejauh ini perjalanan belum
juga menemukan shelter selanjutnya.
di dalam penuh penasaran
kami terus menggerakan alunan kaki untuk terus melangkah. namun perjalanan ini
tidak terasa berat.karena banyak dalam tim ini jago guyonan. satu guyonan yang
sangat membekas adalah guyonannya Aliya.
Aliya adalah salah satu pendaki perempuan di tim
kami dengan tipikal wajah oval berkulit
putih dan sedikit kurus. dia tak henti-hentinya membuat guyonan dengan seakan
akan memanggil seseorang dengan kata "Hey" namun ketika ada yang
menyahutinya dia langsung menyanyikan "hey tayo...hey tayoo" (lirik
lagu dalam film Animasi Tayo the Little
Bus) kadang banyak yang geram bercampur senang karena kelelahan sudah
terlupakan dengan lirik lagu yang dinyanyikan itu.
hari semakin gelap jadwal
Asar sebentar lagi akan segera berakhir, saya dan sebagian kawan-kawan telah tiba di salah satu titik
peristirahatan yang tempatnya lumayan datar. saya mengusulkan kepada
kawan-kawan untuk menunggu kawan-kawan yang masih jauh tertinggal dibelakang.
sembari menunggu yang lain sebagian kami yang muslim segera melaksanakan ibadah
Salat Asar dengan menggelar matras sebagai musala untuk sembahyang.
dengan air seadanya yang
ditampung dalam botol plastik oleh pendaki-pendaki sebelumnya yang digantungkan
dipohonlah air untuk kami berwudhu'. sungguh mulia rasanya pendaki-pendaki
disini. mereka tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tapi mereka memikirkan
kemaslahatan bersama. buktinya banyak tempat-tempat penampung air yang mereka
buat semata semata kalau ada orang yang kehausan dan kehabisan air, tampungan
itu menjadi solusinya.
setelah berkumpul semua. kami terus melanjutkan
perjalanan ke batu gajah. track kali ini semakin terjal dan licin. dan akhirnya
batu gajahpun terlihat. banyak kawan-kawan merasa gembira. karena kurang lebih
45 menit lagi kita akan tiba di puncak.
foto Bersama di Shelter Batu gajah |
waktu tercatat tepat puku 18.37 kami tiba di batu
gajah. sebagian kawan-kawan tidak lupa mengabadikan momen di Batu Gajah ini.
begitu juga dengan saya, meski kamera hp sudah tidak sanggup lagi menangkap
cahaya yang semakin kecil namun foto tetap harus ada.
setelah
berfoto ria di batu gajah. tidak menunggu lama
semua kami terus mnyusuri hutan lumut disana. dan hari sudah sangat
gelap. saya mengeluarkan senter dari
dalam tas untuk menerangi jalur pendakian.
seperti
sebelumnya perjalan kami selalu terpisah-pisah. kali ini kami orang yang paling
depan yakni bersama Aldi, Laras, Oja, Desi, Nisa, Maya dan Puja. Aldi berjalan
paling depan bersama Puja. ditengah perjalan Aldi terperosok ke salah Satu Goa
bermuka kecil yang membuat kakinya terkilir. saya menyenteri Aldi sembari
menarik kakinya yang terkilir yang kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan
penuh kehati-hatian.
Aldi
terus mengerang kesakitan, namun tetap melanjutkan perjalanan hingga kami tiba
di tugu. tugu ini menandakan bahwa kami telah tiba di pucak. saya dan
kawan-kawan mengucapkan Alhamdulillah. kami telah menemukan garis finish dari
Seulawah Agam. Aldi Segera Mengumandangkan Suara Azan. dan saya tak membiarkan momen ini lewat
begitu saja, saya segera mengambil hanphone di saku kiri celana saya untuk
segera merekam momen bersejarah ini.
lalu
satu persatu kawan yang lain tiba di garis finish. kami segera mengambil air wudhu'
yang sudah ada di tampungan dekat tugu untuk segera menunaikan salat magrib
berjamaah.
setelah
salat magrib kami segera menggelar tenda masing-masing ditengah guyuran hujan
gerimis yang dinginnya menusuk ketulang-tulang kami.
tidak
lama setelah itu kami segera menyiapkan makan malam bersama dibawah tenda yang
telah diapsang Bang Tulen pemandu perjalanan kami. lalu kami terlelap tidur
dengan cuaca kurang lebih 10 derjat Celcius.
subhanallah
saya begitu kagum dengan ciptaannya. saya telah jatuh cinta pada Alam. saya
bermimpi suatu saat bisa mendaki puncak Himalaya. semua atas Izin-Nya. kalau
Kita Percaya tuhan Maha Besar makan kita tidak takut bermimpi besar. karena
Semua mudah baginya.
Salam
lestari..
Salam
Literasi...
By:
Muhammad Irwan (Entrepreneur, Writer & Traveler)
"ia sekuat karang, setangguh besi romawi kuno, sekokoh candi borobudur, namun juga selembut kapas."(JS. Khairen)
Setelah beristirahat semalaman di Pintu Rimba dan sarapan. tim segera packing kembali barang-barang bawaan untuk melanjutkan pendakian. sembari packing barang bawaan kita menikmati alunan indah di hutan ini. dimana si Amang (orang hutan berwarna hitam) dan kawan-kawannya sedang bermain ria di atas hutan rimba yang sangat dekat dengan kami.
Tepat pukul 10.00 WIB kita segera menggerakkan langkah menyusuri belantara hutan Seulawah Agam yang begitu lebat menuju ke shelter selanjutnya (Pintu Angin) dengan jalan tanjakan dan licin.
disepanjang perjalanan kita menjumpai banyak binantang langka di hutan ini. mugkin disinilah habitatnya yang masih terjaga. saat sedang takjub melihat kawanan enggang (binatang paruh panjang dan besar) di ketinggian pohon yang sedang bercengkerama, tiba-tiba saya kesandung binatang kaki seribu yang kalau melungker bisa berbentuk kayak pil obat raksasa. warnanya sangat indah hitam kemerah-merahan.sungguh takjub saya akan kuasa tuhan yang masih lestari di hutan ini.
tak sampai disitu saja, saya begitu kagum melihat pendaki-pendaki wanita belia di tim kami. mereka enggan merasa lelah, padahal perjalanan kami sudah berkilo-kilo lamanya dengan tas carrier di pundak masing-masing saya tak melihat mereka berkeluh kesah. diluar dugaan saya sebelumnya. saya mengira wanita yang berwajah chibi-chibi tersebut hanya akan merepotkan para pendaki pria nantinya. sungguh seratus persen dugaan saya meleset. wajah mereka boleh chibi tapi mereka sekuat batu karang. saya terharu akan semangat mereka. Ya Allah maafkan atas prasangka ini.
Di Pintu Angin Seulawah Agam |
Ya Baari.. sebutlah sering dan terus pada saat menyusun sesuatu, karena sebenarnya, bukan kita pemilik ketentuan. kita hanya berikhtiar, kita hanya pelaksana lapangan. tapi Tuhanlah yang memampukan kita. begitu juga dengan pendakian ini.
tak jauh di depan kami, terlihat ada sekelompok pendaki lain yang sudah duluan berangkat sebelum kami. disana juga terdiri beberapa pendaki wanita yang nampak sudah kelelahan menanggung beban carrier di pundaknya yang menurut saya carrier suukuran itu kurang cocok untuk mereka.
setelah kami berpapasan, mereka menjelasakan bahwa mereka dari MAPALA Unsyiah, mungkin mendaki ke seulawah tujuan mereka tidak hanya ingin menikmati alamnya saja tapi juga mendidik junior di organisasi mereka. karena saya melihat mereka membawa begitu banyak peralatan dan catatan pembelajaran di tangannya. lebih daripada itu saya melihat mereka memiliki solidaritas yang tinggi,ketika kawan wanitanya kelelahan mereka rela berlama-lama menunggu bahkan sampai satu pria membawa 2 carrier karena temannya sudah tak sanggup.
memang mendaki gunung seperti itu kawan. dalam keadaan sulit jati diri manusia akan terlihat. apakah mereka yang sok paling peduli, sok paling berpengalaman atau yang benar-benar berpengalaman akan terlihat. disni kita akan menjumpai orang dengan berbagai karakter yang sesungguhnya.
pukul 12.39 WIB kami tiba di Shelter selanjutnya yang bernama Pintu Angin.disinilah kita mulai istirahat kembali sembari mempersiapkan makan siang. saya sendiri langsung mengaitkan Hammock hitam kesayangan saya untuk segera merebahkan badan sejenak untuk sedikit mengendorkan urat-urat yang sudah mulai tegang.
beberapa hal di dunia ini berhak mendapatkan kesempatan kedua termasuk mendaki gunung ( Bersambung di part 3)
Part 1
Oleh : Muhammad Irwan (Student Entrepreneur, Traveler & Writer)
Oleh : Muhammad Irwan (Student Entrepreneur, Traveler & Writer)
"Orang-orang seperti kita tidak pantas mati
ditempat tidur" (Soe Hok Gie)
Benar saja ucapan Soe Hok Gie,sampai-sampai aktivis
tersebut tidur dalam ke abadian di Gunung Semeru.
Dinginnya malam tak menyurutkan kami untuk memulai
pendakian ke Puncak Seulawah Agam yang memiliki ketinggian 1.810 MDPL.
kami memulai
perjalanan dari kota Lhokseumawe hari jumat 09 November 2018 tepat pukul 11.00
WIB saat itu. tim ini berangkat dengan dua puluh orang yang terdiri dari
sepuluh orang pendaki cantik dan sisanya pendaki ganteng yang di beri nama
Komunitas Anak Pecinta Alam Aceh (KAPAK ACEH) yang hampir semua anggotanya
didominasi mahasiswa Fakultas Teknik. saya adalah pelengkap dari 19 orang
menjadi 20 orang supaya komplit perjalan tim pada saat itu.
ini adalah perdana
sekali saya mendaki Seulawah Agam, Bahkan sebelumnya saya tidak tahu kalo
gunung ini ada jalur pendakiannya. rasa syukur dan terimakasih saya kepada
KAPAK Aceh yang telah memberi kesempatan emas ini. dan saya bersyukur pada
tuhan yang telah menjawab impian saya satu lagi atas kerinduan saya pada
gunung.
perjalanan kali ini
sebenarnya tidak mudah,mungkin semua kita tahu kalo bulan November merupakan
bulan klimaknya musim hujan dan ini kurang cocok untuk pendakian. sepanjang perjalanan dari Kota
Lhokseumawe menuju Saree, Aceh Besar
tidak henti-hentinya diguyur hujan bahkan Sampai di pintu Rimba pukul
delapan malam kita masih berbasah-basahan.
meski begitu, hujan
tak bisa jadi alasan untuk menghambat rindu kami pada gunung, rindu kami pada
alam dan rindu kami pada ciptaan tuhan.
sesampai di pintu
rimba pukul 08.00 WIB kita diarahkan sama guide kami namanya biasa dipanggil
Bang Tulen untuk segera menggelar tenda, karena kita akan bermalam disini untuk
menyiapkan energi untuk segera memulai pendakian esok harinya.
disini kita
disibukkan bagian tugas masing-masing ada yang menyiapkan makan malam, ada yang
pasang tenda ada yang menyalakan api unggun. dan bagian ini saya salah satunya.
ya, menyalakan api unggun di gunung memang sulit, sepanjang sejarah pendakian
saya. menyalakan api unggun selalu bikin otak crowded. bagaimana tidak, disini
kita bergelut dengan asap-asap plastik dan karet harap-harap apinya segera
menyala.nyatanya napas pun terengah-engah meniup api yang tak kunjung nyala.
Daki gunung memang
bikin capek,tidak nyaman, harus menghadapi hal-hal seperti diatas tapi kenapa
sih gunung selalu membuat orang rindu, justeru itulah istimewanya gunung dan
hutan uang dan kekayaan tak lagi seberarti dikota, canda dan tawa juga tidak
lagi sepura-pura di kota begitu juga persahabatan tidak lagi sepalsu dikota.
kata juang Astra
jingga "puncak gunung itu seperti cita-cita saat kita memulai perjalanan
kita harus berdoa sebelum melangkah, diperjalanan kita siapa diri kita yang
sesungguhnya dalam perjalanan menuju puncak. dan misalkan kita gagal bukan
berarti perjalanan kita sia-sia.kita belajar untuk menjadi manusia yang lebih
baik".
Besambung part 2...
Oleh : Muhammad Irwan
(Student entrepreneur, Traveler & Writer)
Bersama dua guru besar saya. Yang satu penulis muda
yang sangat berbakat (sama produktifnya dengan Bang Masriadi Sambo) sekaligus
dosen di salah satu Universitas di wilayah Pasee. Beliau sudah menamatkan
pendidikan S2 dengan capaian tercepat. Dan jika saja segera melanjutkan S3,
boleh jadi beliau akan mendapat gelar doktor termuda. Ya, dialah Kak Asmaul
Husna.
Satu lagi adalah seorang pengamat teroris sekaligus
antropolog yang wajahnya kerap muncul kita di TV One. Pendapat beliau kerap
menjadi acuan ketika aksi teroris memporak-poranda negeri ini. Ya, beliau
adalah Pak Al-Chaidar yang juga penulis buku "Aceh Bersimbah
Darah". Sebuah buku yg memuat
bagaimana kekejian yg dilakukan aparat keamanan saat konflik Aceh berlangsung. Sampai-sampai
buku ini menjadi Mega Best Seller yang dicetak ribuan eksemplar. Tidak hanya
itu, beliau juga harus lari ke luar negeri untuk menyelamatkan diri karena
banyak pihak yang tidak suka kasus ini di ungkap.
Saya sangat kagum pada keduanya. Pak Al-Chaidar
adalah alumnus Universitas Indonesia (UI). Selaku pembina UKM-KSM Minority, ada
banyak cerita menarik saat beliau kuliah di UI yg sering diceritakan pada kami.
Beliau menceritakan bahkan hanya dengan selembar surat, perjalanan beliau telah
tembus ke berbagai benua.
Tidak sampai di situ, Al-Chaidar juga telah menempuh
pendidikan di Jerman dan Belanda, namun tidak selesai karena ketertarikannya
pada dunia traveling dan keliling dunia untuk belajar secara bebas.
Istrinya juga tak kalah hebat, yaitu Bu Nanda
Amalia. Beliau adalah seorang dosen muda di Fakultas Hukum Unimal dan juga
pembina di UKM yang sama. Bu Nanda selalu membimbing kami sepenuh hati, apalagi
mengenai penulisan, beliaulah orang yang paling kami "hindari" karena
salah penempatan titik koma saja beliau akan koreksi hingga detail. Hal ini
dilakukan demi mendidik mahasiswa agar cerdas dan menghasilkan karya yang
berkualitas.
Pantas lah dalam Alquran disebutkan " lelaki
yang baik hanya untuk wanita yang baik,"
dan saya telah melihatnya dari sosok Pak Al-Chaidar dan Bu Nanda.
Sungguh Alquran tak ada keraguan di dalamnya.
Belajar dari sosok tersebut, saya akan terus memompa
diri untuk tetap menulis. Saya akan menulis satu persatu sosok di atas dengan
tema " 10 Hari Menulis Sosok". Semoga Alllah memberikan panjang usia
untuk saya menuliskan kekaguman terhadap dua sosok inspiratif tersebut.
By: Muhammad Irwan
MUHAMMAD IRWAN
Desainer Grafis, Traveller dan Blogger
- ANALISIS REALITAS MEDIA MASSA
- AIR TERJUN TERSEMBUNYI DI BALIK HUTAN BIREUN (AIR TERJUN SIMPANG MAMPLAM)
- Menyusuri Jejak teungku Chik Di Tiro
- E-book Gratis
- KONFLIK KEKUASAAN POLITIK
- Tapak Tilas Gunung Seulawah Agam part 2
- mencari Jejak Sosok Pahlawan Cut Nyak Dhien yang di Asingkan ke Sumedang oleh Belanda
- GALLERI
- Terimaksih Bidikmisi untuk Sarjanaku
- TAPAS TILAS GUNUNG SEULAWAH AGAM PART 1