Press enter to see results or esc to cancel.

Tapak Tilas Gunung Seulawah Agam part 2


"ia sekuat karang, setangguh besi romawi kuno, sekokoh candi borobudur, namun juga selembut kapas."(JS. Khairen)
Setelah beristirahat semalaman di Pintu Rimba dan sarapan. tim segera packing kembali barang-barang bawaan untuk melanjutkan pendakian. sembari packing barang bawaan kita menikmati alunan indah di hutan ini. dimana si Amang (orang hutan berwarna hitam) dan kawan-kawannya sedang bermain ria di atas hutan rimba yang sangat dekat dengan kami.

Tepat pukul 10.00 WIB kita segera menggerakkan langkah menyusuri belantara hutan Seulawah Agam yang begitu lebat menuju ke shelter selanjutnya (Pintu Angin) dengan jalan tanjakan dan licin.

disepanjang perjalanan kita menjumpai banyak binantang langka di hutan ini. mugkin disinilah habitatnya yang masih terjaga. saat sedang takjub melihat kawanan enggang (binatang paruh panjang dan besar) di ketinggian pohon yang sedang bercengkerama, tiba-tiba saya kesandung binatang kaki seribu yang kalau melungker bisa berbentuk kayak pil obat raksasa. warnanya sangat indah hitam kemerah-merahan.sungguh takjub saya akan kuasa tuhan yang masih lestari di hutan ini.
img_1875.jpg
tak sampai disitu saja, saya begitu kagum melihat pendaki-pendaki wanita belia di tim kami. mereka enggan merasa lelah, padahal perjalanan kami sudah berkilo-kilo lamanya dengan tas carrier di pundak masing-masing saya tak melihat mereka berkeluh kesah. diluar dugaan saya sebelumnya. saya mengira wanita yang berwajah chibi-chibi tersebut hanya akan merepotkan para pendaki pria nantinya. sungguh seratus persen dugaan saya meleset. wajah mereka boleh chibi tapi mereka sekuat batu karang. saya terharu akan semangat mereka. Ya Allah maafkan atas prasangka ini.
Di Pintu Angin Seulawah Agam

Ya Baari.. sebutlah sering dan terus pada saat menyusun sesuatu, karena sebenarnya, bukan kita pemilik ketentuan. kita hanya berikhtiar, kita hanya pelaksana lapangan. tapi Tuhanlah yang memampukan kita. begitu juga dengan pendakian ini.

tak jauh di depan kami, terlihat ada sekelompok pendaki lain yang sudah duluan berangkat sebelum kami. disana juga terdiri beberapa pendaki wanita yang nampak sudah kelelahan menanggung beban carrier di pundaknya yang menurut saya carrier suukuran itu kurang cocok untuk mereka.


setelah kami berpapasan, mereka menjelasakan bahwa mereka dari MAPALA Unsyiah, mungkin mendaki ke seulawah tujuan mereka tidak hanya ingin menikmati alamnya saja tapi juga mendidik junior di organisasi mereka. karena saya melihat mereka membawa begitu banyak peralatan dan catatan pembelajaran di tangannya. lebih daripada itu saya melihat mereka memiliki solidaritas yang tinggi,ketika kawan wanitanya kelelahan mereka rela berlama-lama menunggu bahkan sampai satu pria membawa 2 carrier karena temannya sudah tak sanggup.

memang mendaki gunung seperti itu kawan. dalam keadaan sulit jati diri manusia akan terlihat. apakah mereka yang sok paling peduli, sok paling berpengalaman atau yang benar-benar berpengalaman akan terlihat. disni kita akan menjumpai orang dengan berbagai karakter yang sesungguhnya.

pukul 12.39 WIB kami tiba di Shelter selanjutnya yang bernama Pintu Angin.disinilah kita mulai istirahat kembali sembari mempersiapkan makan siang. saya sendiri langsung mengaitkan Hammock hitam kesayangan saya untuk segera merebahkan badan sejenak untuk sedikit mengendorkan urat-urat yang sudah mulai tegang.


beberapa hal di dunia ini berhak mendapatkan kesempatan kedua termasuk mendaki gunung ( Bersambung di part 3)

Part 1
Oleh : Muhammad Irwan (Student Entrepreneur, Traveler & Writer)